Saturday, December 22, 2007

HIKMAH

AllahBerfirman:

"Wahai Manusia
AKU Heran pada Orang yang yakin akan kematian tapi dia hidup bersuka ria,

AKU heran pada orang yang yakin akan pertanggung jawaban segala amal perbuatannya di akhirat tapi ia asyik mengumpulkan dan asyik menumpuk harta benda,

Aku heran pada orang yang yakin akan kubur tapi dia tertawa terbahak-bahak,

AKU heran pada orang yang yakin adanya alam Akhirat tapi dia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai,

AKU heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia tapi Ia menggandrunginya,

AKU heran pada Intelektual yang bodoh dalam soal Moral,

AKU heran orang yang bersuci dengan air sementara Hatinya masih tetap kotor,

AKU heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan Aib orang lain sementara Ia tidak sadar sama sekali terhadap Aib dan Cacat yang ada pada dirinya sendiri,

AKU heran pada orang yang yakin bahwa Allah selalu mengawasi segala Prilakunya tapi Ia berbuat Durjana,

AKU heran pada orang yang sadar akan kematiannya kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri lalu dimintai pertanggung jawaban seluruh amal perbuatannya tapi ia berharap belas kasih dari orang lain.

Sungguh tiada tuhan kecualiAKU dan Muhammad adalah hamba dan UtusanKU. Allah Berfirman AKU bersaksi bahwa tiada tuhan selain AKU tiada sekutu bagiKU dan Muhammad adalah hamba dan UtusanKU

barang siapa tidak mau menerima suratan Nasib yang Aku Putuskan, tidak bersabar dengan segala cobaan yang aku Berikan tidak mau berterima kasih dengan segala Nikmat yang aku curahkan dan tidak menerima apa adanya atas segala yang aku berikan maka sembahlah tuhan selain AKU

barang siapa yang susah karena urusan dunia sama saja ia marah kepadaKU

barang siapa mengadukan musibah dirinya pada orang ia sungguh-sungguh berkeluh kesah kepadaKU

barang siapa tidak bertambah tingkat penghayatan keagamaannya sungguh ia dalam keadaan selalu berkurang

barang siapa terus menerus dalam keadaan berkurang, kematian jauh lebih baik baginya."
(HIKMAH)

AllahBerfirman:

"Wahai manusia terimalah anugerah yang AKU berikan dengan lapang dada maka engkau tidak mengharap pada pemberian orang lain.

Tinggalkan rasa dengki maka engkau akan terhindar dari kegelisahan hidup.

Hindari perbuatan haram maka engkau akan aman dari kerancuan dalam beragama.

Barang siapa mampu dari membicarakan kejelekan Orang lain maka kecintaanku akan AKU anugerahkan kepadanya.

Barang siapa mengisolasikan diri dari kerumunan orang maka ia akan terhindar dari pengaruh jeleknya.

Barang siapa mampu membatasi diri dari berbicara yang tidak ada gunananya itu menandakan kematangan akalnya.

Barang siapa menerima atas pemberian Allah yang sedikit maka ia penuh percaya pada Allah.


Allah berfirman... :

Wahai manusia Barang siapa berduka karena persoalan dunia maka Ia akan kian jauh dari Allah, kian nestapa di dunia dan semakin menderita di Akhirat, Allah akan menjadikan Orang tersebut dirundung duka selamanya, kebingungan yang tak berakhir, kepayahan yang berlarut-larut dan angan-angan yang selalu mengusik ketenangan hidupnya,

Wahai manusia hari demi hari usiamu selalu berkurang sementara engkau tidak pernah menyadarinya

setiap hari AKU mendatangkan rizki kepadamu sementara engkau tak pernah memujiKU.

Dengan pemberian sedikit engkau tidak mau lapang dada dengan pemberian yang banyak engkau tidak pernah merasa kenyang,

Wahai manusia setiap hari AKU mendatangkan Rizki untukmu sementara setiap malam malaikat datang dengan membawa catatan perbuatan jelekmu.

Engkau makan dengan lahap rizkiKU namun engkau tak segan-segan pula berbuat durjana kepadaKU.

AKU Kabulkan jika Engkau memohon kepadaKU kebaikanKU tidak Putus-putus mengalir untukmu namun sebaliknya catatan jelekmu kembali kepadaKU Tiada henti.

AKU lah pelindung terbaik untukmu sementara engkau hamba terjelek untukKU kau raup segala apa yang KU berikan untukmu kututupi kejelekan demi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan

AKU sungguh-sungguh malu kepadamu sementara engkau sedikitpun tak pernah merasa malu kepadaKU

engkau melupakan diriKU dan mengingat yang lain, kepada manusia engkau merasa takut sedang kepadaKU engkau merasa aman-aman saja, pada manusia engkau takut dimarahai tapi pada MurkaKU engkau tak peduli". (HIKMAH)

Salah Satu Sifat Mulia

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)
Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)
Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:
... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)
Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.
Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang
Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:
Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.
Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.
Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.